PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DISPARITAS REGIONAL ANTARKECAMATAN DI KOTA TANGERANG SELATAN
Abstract
Regional disparity is a phenomenon of economic differences between regions (Bakri, et.al 2016). The Bappeda of Banten Province stated that South Tangerang City experienced a relatively high regional disparity level (Noviar, 2021). Triyanto, et.al (2019) stated that land use changes influenced regional disparity. However, this influence has not been identified in South Tangerang City. This study aims to identify the influence of land use change on regional disparity between sub-districts in South Tangerang City in 2015 and 2019. The data collection technique uses secondary data from related agencies with regional disparity, spatial and multiple linear regression statistical analysis techniques. The results of the analysis show that regional disparity consist of low, medium and high levels. Then, land use changes in 2019 are built-up land use change with an area of 493.29 ha (84.75%) and non-built-up land use change with an area of 88.73 ha (15.25%) out of a total of 582, 02 ha (100%). Furthermore, the influence of built-up land use change (X1) and non-built-up land use change (X2) simultaneously or partially has a significant influence on regional disparity (Y) which is 86%, while the remaining 14% is influenced by other independent not examined variables.
References
[2] Bappenas, 2018. Memangkas Kesenjangan Antarwilayah untuk Pembangunan Indonesia. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
[3] Danim, S, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
[4] Dwinanto, A, 2016. Model Perubahan dan Arahan Penggunaan Lahan di Kabupaten Brebes dan Cilacap untuk Mendukung Ketersediaan Beras Provinsi Jawa Tengah. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB).
[5] Fitriyah, L. & Rachmawati, L, 2013. Analisis Ketimpangan Pembangunan Daerah serta Hubungannya dengan Kesejahteraan Masyarakat di Kawasan Gerbangkertosusila Provinsi Jawa Timur. Jurnal Fakultas Ekonomi.
[6] Ghozali, I, 2011. Analisis Mutivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Univerisitas Diponegoro (UNDIP).
[7] Hanifah, S, 2015. Sejarah Kota Baru Bintaro Jaya dan Geliat Ekonomi Masyarakatnya. Jakarta: Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah.
[8] Kulovec, L, 2013. Slovenia’s Land Use Matrix. Slovenia: Gozdarski Institut Slovenije (GOZDIS).
[9] Mihelic, M., Kranjc, N., Piskur, M., Simoncic, P., Kusar & G., Kobler, A, 2009. Slovenian National Inventory Report 2009 For Sector LULUCF. Slovenia: Slovenian Forestry Institute (SFI).
[10] Nazara, S, 2010. Pemerataan Antardaerah sebagai Tantangan Utama Transformasi Struktural Pembangunan Ekonomi Indonesia Masa Depan. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 9 (1), 83-98.
[11] Noviar, 2021. Analisis Ketimpangan dan Klasifikasi Pembangunan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Banten Tahun 2016-2020. Jurnal Kebijakan Pembangunan Daerah, 5 (1), 24-33.
[12] Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Presiden Republik Indonesia, 2017.
[13] Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan Cianjur. Presiden Republik Indonesia, 2017.
[14] Sjafrizal, 2012. Ekonomi Wilayah dan Kota. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
[15] Tambunan, T, 2003. Perekonomian Indonesia: Beberapa Masalah Penting. Jakarta: Ghalia Indonesia.
[16] Todaro, M. P. & Smith, S. S, 2011. Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
[17] Trisasongko, B. H, Panuju, D. R., Iman, L. S, Harimurti, Ramly, A. F., Anjani, et.al, 2009. Analisis Dinamika Konversi Lahan di sekitar Jalur Tol Cikampek. Jakarta: Publikasi Teknis Data dan Informasi (DATIN).
[18] Triyanto, I. Y. & Keban, Y. T, 2019. Disparitas Wilayah Antarkecamatan di Kabupaten Sleman. Jurnal Litbang Sukowati: Media Penelitian Dan Pengembangan, 3 (1), 13.
[19] Wei, X., Jia, K., Liang, S., Yao, Y., Su, Y., Jiang, B, et.al, 2014. Land Cover Classification of Landsat Data. Journal Remote Sensing, 6.