Penyuluhan Pembuatan Produk Nutrasetika Madu Klanceng untuk Mendukung Budidaya Lebah Trigona Lokal
Abstract
Madu klanceng diproduksi dari lebah tanpa sengat, lebah trigona. Meski banyak penelitian menunjukkan aktivitas farmakologi Madu klanceng lebih kuat dibandingkan madu spis, masyarakat cenderung tidak menyukai rasa dari madu ini yang lebih asam. Tiga dari empat keluarga di lingkungan RW 09 Kelurahan Yosorejo membudidayakan lebah trigona untuk mendapatkan madunya. Karena itulah, Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai cara pembuatan Produk Nutrasetika berbahan dasar madu klanceng, yaitu “Infusa Herbal dengan Madu (Herb-Infused Honey)”, “Madu Jelly (Honey Jelly)” dan “Keripik Granola-Madu (Hanola Bar)”. Selama tahap persiapan, dilakukan optimasi formulasi produk dan uji kestabilan penyimpanannya secara pengamatan visual. Pada pelaksanaan, masyarakat diberikan informasi tentang manfaat madu klanceng, demonstrasi pembuatan produk, dan informasi terkait strategi pemasaran. Analisis statistik terhadap hasil pre-test dan post-test menunjukkan peningkatan pengetahuan warga secara signifikan antara sebelum dan setelah dilakukannya penyuluhan. Warga diharapkan dapat mengaplikasikannya untuk meningkatkan penjualan madu klanceng.
Downloads
References
[2] “Potensi Agribisnis Lebah Madu,” Fakultas Pertanian IPB, 2019. [Online]. Available: https://fapet.ipb.ac.id/direktori/2016-06-08-01-43-33/berita/1045-prospek-agribisnis-lebah-madu.
[3] P. V. Rao, K. T. Krishnan, N. Salleh, and S. H. Gan, “Biological and therapeutic effects of honey produced by honey bees and stingless bees: A comparative review,” Rev. Bras. Farmacogn., vol. 26, no. 5, pp. 657–664, 2016.
[4] N. N. Zahra, H. Muliasari, Y. Andayani, and I. M. Sudarma, “Karakteristik Fisikokimia Ekstrak Madu Dan Propolis Trigona Sp. Asal Lombok Utara,” J. Agrotek Ummat, vol. 8, no. 1, p. 7, 2021.
[5] N. S. Putra et al., “Jenis Lebah Trigona (Apidae: Meliponinae) Pada Ketinggian Tempat Berbeda Di Bali,” SIMBIOSIS J. Biol. Sci., vol. 4, no. 1, pp. 6–9, 2016.
[6] D. Adityarini, S. W. A. Suedy, and S. Darmanti, “Kualitas Madu Lokal Berdasarkan Kadar Air, Gula Total dan Keasaman dari Kabupaten Magelang,” Bul. Anat. dan Fisiol., vol. 5, no. 1, pp. 18–24, 2020.
[7] M. Melina, D. R. Adawiyah, and D. Hunaefi, “Indonesian Honey Consumers’ Behavior and Sensory Preference for Commercial Trigona Honey,” J. Teknol. dan Ind. Pangan, vol. 34, no. 1, pp. 86–97, 2023.
[8] S. Shamsudin, J. Selamat, M. Abdul Shomad, M. F. Ab Aziz, and M. J. Haque Akanda, “Antioxidant Properties and Characterization of Heterotrigona itama Honey from Various Botanical Origins according to Their Polyphenol Compounds,” J. Food Qual., vol. 2022, 2022.
[9] F. A. Zulkhairi Amin et al., “Therapeutic properties of stingless bee honey in comparison with european bee honey,” Adv. Pharmacol. Sci., vol. 2018, 2018.
[10] W. N. Auli, F. Rizkyka, I. Marvie, Z. A. Talitha, and M. R. Ramanda, “Pelatihan Pengembangan Produk Yoghurt Hasil Olahan Susu Sapi di Mulia Farm Pesawaran, Lampung,” TeknoKreatif, vol. 1, no. 01, pp. 1–6, 2021.
Copyright (c) 2025 TeknoKreatif: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.