Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ
<p><span data-sheets-root="1" data-sheets-value="{"1":2,"2":"Pharmatera Journal is a peer-reviewed open access journal published by the Sumatera Institute of Technology's Pharmacy Study Program. Pharmatera Journal publishes journals three times a year for original research and review articles focusing in the field of pharmacy and pharmaceutical sciences. Pharmatera Journals receive article in Bahasa or English.\n"}" data-sheets-userformat="{"2":513,"3":{"1":0},"12":0}">Pharmatera Journal is a peer-reviewed open access journal published by the Sumatera Institute of Technology's Pharmacy Study Program. Pharmatera Journal publishes journals three times a year for original research and review articles focusing in the field of pharmacy and pharmaceutical sciences. Pharmatera Journals receive article in Bahasa or English.<br></span></p>en-US[email protected] (apt. Winni Nur Auli, M.S.Farm)Mon, 24 Feb 2025 06:50:01 +0000OJS 3.1.2.4http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss60STRUKTUR SEKRETORI DAN KANDUNGAN HISTOKIMIA PADA TUMBUHAN OBAT DARI FAMILI ANNONACEAE, LAMIACEAE, LYTHRACEAE, DAN MYRTACEAE
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2034
<p><em>The Itera Botanical Garden houses a diverse collection of plants with potential as sources of active pharmaceutical compounds. This study aimed to investigate the secretory structures and histochemical properties of leaves from several plant species belonging to the families Annonaceae (Orophea enneandra), Lamiaceae (Premna oblongata and Premna parviflora), Lythraceae (Lagerstroemia subcostata), and Myrtaceae (Syzygium aqueum) found in the garden. Observations of the secretory structures were conducted using paradermal and transverse preparations stained with safranin. Additionally, histochemical tests were performed to detect the presence of alkaloids, phenols, flavonoids, tannins, and terpenoids using specific reagents and observed under a microscope. The results revealed various plant tissues functioning as secretory structures. Histochemical analysis indicated the presence of secondary metabolites, including alkaloids, phenols, flavonoids, tannins, and terpenoids, as evidenced by color changes during observation. The storage sites of these secondary metabolites varied across species: Orophea enneandra stored metabolites in the epidermis and mesophyll; Premna oblongata and Premna parviflora in glandular hairs; Lagerstroemia subcostata in the epidermis and mesophyll; and Syzygium aqueum in the epidermis. Specifically, in Syzygium aqueum, alkaloids, phenols, flavonoids, and tannins were found in the mesophyll, while terpenoids were stored in oil cells. The primary secretory structures in these plants were identified as glandular hairs and oil cells.</em></p>Syaikhul Aziz
Copyright (c) 2025 Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2034Mon, 24 Feb 2025 00:00:00 +0000Evaluasi Pengelolaan Obat di Puskesmas Bandarjaya Tahap Perencanaan, Permintaan, Penerimaan, dan Penyimpanan
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2070
<p>Pengelolaan obat adalah komponen penting dalam menyediakan layanan kesehatan berkualitas tinggi. Ketidaksesuaian pengelolaan obat dapat berdampak negatif bagi fasilitas pelayanan kesehatan. Terpenuhinya indikator standar pengelolaan obat menentukan baik atau tidaknya pengelolaan ini. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengelolaan obat dan menganalisis pengelolaan obat yang diterapkan di Puskesmas Bandarjaya. Analisis akan difokuskan pada empat tahap utama, yaitu perencanaan, permintaan, penerimaan, dan penyimpanan. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental (observasional). Rancangan penelitian menggunakan metode potong lintang (<em>cross-sectional</em>) dan data dikumpulkan dari Januari hingga Desember 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian item obat dengan Formularium Nasional sebesar 99,05%, ketepatan perencanaan sebesar 318,14%, frekuensi pengadaan <12x/tahun dan termasuk , ketepatan permintaan obat sebesar 98,74%, ketepatan penerimaan sebesar 58,01%, dan sistem penataan obat telah menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Berdasarkan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat sejumlah indikator kinerja yang belum memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga pengelolaan obat di Puskesmas Bandarjaya dinilai belum optimal.</p>putri amelia rooswita, Ihsan Rafiqy, Gayatri Simanullang
Copyright (c) 2025 Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2070Mon, 24 Feb 2025 00:00:00 +0000- FORMULASI KOSMETIK PEWARNA KUKU PEEL OFF DARI EKSTRAK SPIRULINA PLATENSIS SEBAGAI PEWARNA ALAMI
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2035
<p>Spirulina platensis adalah salah satu jenis mikroalga golongan cyanophyta yang memiliki kandungan fikosianin. Pemanfaatan Spirulina platensis yang masih terbatas dalam formulasi kosmetik terutama pada senyawa fikosianin yang merupakan pigmen warna alami. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti ekstrak Spirulina platensis sebagai alternatif pewarna pada formulasi kosmetik pewarna kuku peel off dengan varian konsentrasi sehingga menghasilkan sediaan kosmetik pewarna kuku yang disukai panelis. Ekstraksi Spirulina platensis menggunakan metode freezing-thawing. Optimasi ekstrak Spirulina platensis dilakukan dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%. Evaluasi fisik yang dilakukan menunjukan hasil yang baik dari segi organoleptik yakni berwarna hijau, bertekstur kental dan beraroma ocean fresh, memiliki homogenitas yang baik, pH pada rentang 5,7 – 5,9, daya sebar pada rentang 5,7 – 6,6 cm, waktu kering pada rentang 12,2 – 12,4 menit, daya lekat pada rentang 13,9 – 17,7 detik, dan viskositas pada rentang 11.589 – 13.877 cPs. Pada data uji iritasi dihasilkan F1, F2, F3, dan F4 menunjukan tidak terjadinya iritasi di setiap formula. Berdasarkan uji kesukaan, dihasilkan formula empat dengan konsentrasi ekstrak Spirulina platensis 40% paling disukai oleh panelis. Banyaknya konsentrasi ekstrak Spirulina platensis pada pewarna kuku meningkatkan kesukaan panelis terhadap pemilihan pewarna kuku. Berdasarkan uji stabilitas fisik selama 6 siklus pada suhu sediaan 4˚C dan 40˚C menunjukan seluruh formula memiliki organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, waktu kering, daya lekat, dan viskositas yang stabil.</p>Lutfiana Azzahra, Untia Kartika Sari Ramadhani, Dewi Damayanti Abdul Karim
Copyright (c) 2025 Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2035Wed, 21 May 2025 00:00:00 +0000FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EKSASERBASI PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD DR. H. ABDUL MOELOEK
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2036
<p>Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik dengan gejala seperti sesak napas, batuk, dan produksi sputum yang bisa mengalami perburukan atau eksaserbasi. Identifikasi faktor risiko eksaserbasi PPOK penting untuk strategi pencegahan. Penelitian ini bertujuan menentukan prevalensi, karakteristik, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan eksaserbasi. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan desain penelitian <em>cross-sectional</em>. Pengambilan sampel menggunakan teknik <em>total sampling</em> pada 90 pasien PPOK yang menjalani rawat inap di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data sekunder berupa rekam medik dianalisis secara statistik menggunakan uji <em>Chi-square</em> dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi eksaserbasi PPOK sebesar 57,6%. Karakteristik pasien PPOK yaitu berjenis kelamin laki-laki (78,8%), usia >60 tahun (56,1%), perokok (62,1%), memiliki komorbid (95,5%), tidak mengalami eksaserbasi dalam satu tahun terakhir (62,1%), dan tidak ada riwayat penggunaan kortikosteroid sistemik (53%). Variabel status merokok (p=0,002) dan riwayat eksaserbasi sebelumnya (p=0,035) menjadi dua dari lima variabel yang menunjukkan hubungan signifikan dalam analisis bivariat. Analisis multivariat menunjukkan status merokok sebagai faktor paling berhubungan dengan eksaserbasi PPOK (p=0,003; OR=12,137; 95% CI=2,31263,714). Berdasarkan hasil penelitian, faktor risiko eksaserbasi PPOK mencakup status merokok dan riwayat eksaserbasi dalam satu tahun terakhir, dengan status merokok merupakan faktor yang paling berhubungan terhadap kejadian eksaserbasi PPOK. </p> <p> </p>Nurul Irna Windari, Finka Aprinova Ramadhanti, Nisa Yulianti Suprahman
Copyright (c) 2025 Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2036Mon, 24 Feb 2025 00:00:00 +0000Solvent Exploration for Propolis Extraction Using Isopropanol, Ethanol, Propylene Glycol as Antibacterial Agent Against Staphylococcus aureus and Escherichia coli
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2045
<p><em>Propolis is one of the bee’s products that is reported has many benefits from its compounds. Propolis has a complex compound, therefore it is important to choose a suitable solvent for the extraction process. The aim of this study was to determine propolis’ solubility, the secondary metabolite classes, and antibacterial activity against S.aureus and E.coli of propolis extracted using different solvents, namely ethanol 96%, isopropanol, propylene glycol, and the combination of three solvents. There were nine ratios of used in the extraction process, A1(Ethanol 96%); A2 (Isopropanol); A3 (Propylene glycol); B1((Ethanol 96%:Isopropanol:Propylene glycol (6:3:1)); B2 ((Ethanol 96%:Isopropanol:Propylene glycol (1:6:3)); B3 (Ethanol 96 %:Isopropanol:Propylene glycol (3:1:6)); C1 ((Isopropanol:Propylene glycol (8:2)); C2 (Ethanol 96%:Propylene glycol (2:8)); dan C3 (Ethanol 96%:Isopropanol (8:2)). The best solubility was determined by the height of the precipitate after centrifugation. The secondary metabolite classes were tested on each extract. Antibacterial activity was tested using the diffusion method. The order of solvents that produced low precipitate was isopropanol, ethanol 96%, and propylene glycol. All propolis extracts were positive alkaloid, saponin, tannin, flavonoid, and negative for steroid/triterpenoid. The result of antibacterial activity against S.aureus in extracts A1, A2, B1, B2, B3, C1, C2, C3 showed weak inhibitory with respective inhibition zones 2,10 ± 0,62; 2,40 ± 0,60; 3,17 ± 0,80; 3,50 ± 0,44; 3,30 ± 0,10; 3,30 ± 1,56; 3,10 ± 0,96; 3,78 ± 0,69. All propolis extracts didn’t present any inhibition zones against E.coli.</em></p>Fadya Yudisya Lutfiah
Copyright (c) 2025 Pharmatera Journal
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2045Mon, 24 Feb 2025 06:48:04 +0000GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN PEDIATRI PENDERITA EPILEPSI DI INSTALASI RAWAT JALAN RSUD Dr. H. ABDUL MOELOEK LAMPUNG
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2047
<p>Epilepsi merupakan penyakit neurologis yang dapat terjadi pada semua usia, termasuk pada pediatri, dan menjadi salah satu penyebab utama morbiditas di bidang saraf. Obat antiepilepsi (OAE) digunakan dalam jangka panjang, sehingga kepatuhan pasien menjadi faktor penting untuk mencapai efektivitas terapi. Salah sayu kuisioner yang dapat di gunakan dalam mengukur ketidakpatuhan dalam mengkonsumsi obat yaitu menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dan kepatuhan penggunaan OAE. Penelitian ini menggunakan rancangan desain observasional (non-eksperimental) dengan metode <em>cross-sectional</em> dan pendekatan retrospektif. Kepatuhan pasien pengguna OAE dianalisis menggunakan kuesioner MMAS-8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berusia 0-5 tahun (51,78%), berjenis kelamin laki-laki (55,36%), lama konsumsi OAE ≤2 tahun (55,36%), pasien tanpa komorbid (89,29%), dan menggunakan terapi tunggal OAE (64,29%). Tingkat kepatuhan pasien terbagi menjadi kepatuhan tinggi dengan skor 8 (33,93%), kepatuhan sedang dengan skor 6-7 (46,43%), dan kepatuhan rendah dengan skor <6 (19,64%).</p>dirga dirga, Febrina Bella Nurjanah, Novrilia Atika Nabila
Copyright (c)
https://journal.itera.ac.id/index.php/PharJ/article/view/2047Mon, 24 Feb 2025 06:48:47 +0000